Beranda | Artikel
Jelang Ramadhan (Bagian 2)
Senin, 11 Maret 2019

Bab 2. Puasa Membuahkan Ampunan

Diantara keutamaan puasa Ramadhan adalah mendatangkan ampunan Allah. Sehingga bulan puasa adalah media untuk membersihkan diri dari dosa dan menghiasi kehidupan dengan iman dan ketaatan demi ketaatan. Apabila seorang muslim bisa menahan apa-apa yang disukainya karena Allah selama sebulan maka tentu dia akan bisa mengendalikan dirinya untuk tetap berada di atas jalan Islam dalam hidup keseharian. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan dalam keadaan beriman dan mencari pahala niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hal ini tentu mengingatkan kita betapa besarnya kebutuhan kita kepada ampunan dan rahmat Allah. Sebab kalau bukan karena ampunan dan rahmat-Nya maka kita tidak akan masuk ke dalam surga dan tidak akan lepas dari siksa neraka. Apabila demikian keadaannya maka sudah menjadi kewajiban setiap muslim untuk menjaga puasanya dan amal ibadahnya agar bisa membuahkan pahala dan menjadi sebab terhapusnya dosa-dosa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ramadhan yang satu menuju Ramadhan berikutnya menjadi sebab terhapusnya dosa-dosa selama dosa-dosa besar itu dijauhi.” (HR. Muslim)

Banyak orang berpuasa tetapi yang dia peroleh dari puasanya hanya sekedar lapar dan haus. Dia tidak mendapatkan kebahagiaan dengan ampunan dan pahala. Dia tidak menghargai Ramadhan sebagaimana mestinya. Dia pun tidak mengagungkan Allah dengan sebenar-benar pengagungan kepada-Nya. Puasa yang akan membuahkan ampunan adalah yang berlandaskan iman dan keyakinan, puasa yang selaras dengan aturan dan hukum-hukum Islam. Sementara iman tidak cukup dengan penampilan dan angan-angan belaka. Hasan al-Bashri rahimahullah mengatakan, “Bukanlah iman itu dengan berangan-angan atau menghiasi penampilan. Akan tetapi iman adalah apa-apa yang bersemayam di dalam hati dan dibuktikan dengan amalan-amalan.”

Maka bukanlah orang yang berpuasa mereka yang hanya menghabiskan waktu siangnya untuk tidur dan bermalas-malasan. Bukanlah orang yang berpuasa mereka yang membuang waktu malamnya untuk begadang dalam kelalaian dan kesia-siaan. Bukanlah orang yang berpuasa mereka yang menelantarkan sholat maghrib hanya demi melampiaskan hasrat menyantap menu-menu buka puasa. Bukanlah orang yang berpuasa mereka yang rela bangun di akhir malam untuk melahap hidangan sahur tetapi sengaja tidak mengerjakan sholat subuh pada waktunya. Puasa inilah salah satu bentuk perjuangan dan jihadun nafs. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang mujahid itu adalah yang berjihad/berjuang keras menundukkan dirinya untuk taat kepada Allah. Dan seorang yang berhijrah adalah yang meninggalkan apa-apa yang dilarang Allah.” (HR. Ahmad)

Bersambung insya Allah…


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/jelang-ramadhan-bagian-2/